Property-In.co – Meski Bogor dikenal sebagai Kota Hujan, pesona investasi di sana justru sedang terang-terangnya. Kehadiran Vivo Sentul berhasil menyapu awan kelabu yang acap menaungi langit di kota itu.
Setelah sekian lama pengembangan proyek properti hanya terfokus di Jakarta, para developer kini mulai mengalihkan pandang ke kawasan suburban. Selain Bekasi dan Tangerang yang menjadi kota tujuan, Bogor juga mulai menjadi pilihan. Pembangunan infrastruktur yang semakin merata menjadikan Bogor sebagai kota dengan ceruk investasi menjanjikan.
PT Megapolitan Development Tbk merupakan salah satu pengembang yang paling jeli menangkap potensi ini. Sejak 2007, developer tersebut sudah mengembangkan proyek di sana. Vivo Sentul, superblok dengan lahan seluas 17 hektar, adalah proyek teranyarnya.
“Tahun 2007 kami mulai dengan menjual ruko. Sekarang kami mengembangkan kawasan komersial terpadu,” tutur Desi Yuliana, Direktur Pemasaran dan Penjualan PT Megapolitan Development Tbk, kepada Property-In pertengahan Januari silam.
Desi memaparkan, dulu ruko di sana nilainya hanya 500 juta/unit. Sekarang sudah melonjak menjadi 1,5 milliar/unit. Hal inilah yang membuat Megapolitan begitu yakin bahwa potensi di wilayah Bogor sangat besar. Berbekal keyakinan itulah mereka mulai mengembangkan proyek baru tersebut.
Setelah sukses dengan penjualan ruko, kini mereka mulai fokus mengembangkan kawasan-kawasan komersial lainnya. Komitmen ini dibuktikan dengan merilis proyek komersial pertamanya, Galleria Kiosk Mall, pada Mei 2015.
Sukses mereka pada penjualan ruko pun berlanjut ke sini. Dari total 800 unit kios di Galleria, sekitar 40%-nya sudah berhasil dijual.
Kesuksesan tersebut tak ayal membuat nama Vivo Sentul pun semakin berjaya. Sebab, meskipun tahun lalu ekonomi Indonesia sedang lesu darah, penjualan Galleria Kiosk Mall tetap menunjukkan hasil yang cukup membanggakan.
Memikat Investor
Kesuksesan Vivo Sentul dalam penjualan kiosnya itu tidak terlepas dari konsep yang diusung.
Di sini mereka memiliki konsep yang berbeda. Vivo Sentul mengubah penampilan kios yang biasanya identik dengan kesan kaku ataupun murah menjadi terlihat mewah.
“Kami menggabungkan empat unsur komersial di Vivo Sentul ke dalam satu kawasan. Empat unsur itu adalah Vivo Mall, Vivo Walk, Galleria Kiosk Mall, dan Ruko Bizpark 2,” ujar Desi.
Konsep komersial yang diusung oleh Vivo Sentul ini bukanlah proyek cap cip cup belaka. Mereka betul-betul serius merancang konsep tersebut. Keseriusan ditunjukan dengan menggaet salah satu konsultan properti di Indonesia sebagai penasihatnya.
Menurut hasil riset konsultan tersebut, masyarakat di Bogor sejatinya juga membutuhkan hiburan berkelas layaknya di Jakarta. Namun, sayangnya, daya beli masyarakat di sana masih sangat terbatas, atau dalam kata lain rendah.
Karena itu, Vivo Sentul membangun kawasan komersialnya dengan konsep yang elegan tapi tetap terjangkau oleh pasar. Dalam konsep tersebut mal dan kios digabungkan ke dalam satu kawasan. Dengan demikian, boleh dibilang bahwa Galleria Kiosk Mall adalah trade center yang berfasilitas layaknya mal.
Pengunjung Vivo Sentul nantinya bisa menikmati mal sebagai sarana hang out layaknya di Jakarta, dan kios untuk fasilitas belanja. Jadi kios-kios di Galleria Kiosk Mall memiliki kesinambungan dengan fasilitas-fasilitas yang ada di Vivo Mall. Hal itu mendorong larisnya penjualan kios di sana.
Konsep apik ini jugalah yang akhirnya membuat para investor kepincut untuk berinvestasi di sana. Lokasinya sangat strategis, terletak di Jalan Raya Bogor, tak pelak membuat gairah investasi kian membuncah. Top Property Award 2016 yang diraih Vivo Sentul sebagai superblok paling top di wilayah Bogor dan Depok semakin menegaskan keunggulannya.
Tambah Pede
Didapuknya Vivo Sentul oleh konsumen sebagai ‘jawara superblok’ di wilayah Bogor dan Depok juga membuat Megapolitan selaku pengembangnya semakin percaya diri.
Mereka makin giat mengembangkan proyek demi proyek di sana. Meski saat ini pengembangannya masih tahap awal, namun rencana ke depan untuk proyek tersebut sangat menjanjikan.
“Setelah pembangunan tahap pertama rampung, kami akan segera mengembangkan tahap kedua dengan tema residensial,” ujar Desi bersemangat.
Saat ini dari total lahan 17 hektar di Vivo Sentul, baru dikembangkan sekitar 7,3 hektar. Lahan tersebut dibagi menjadi dua kawasan, yakni Galleria Kiosk Mall dengan luas 3,7 hektar dan ruko Bizpark 2 seluas 3,6 hektar. Galleria terdiri dari tiga lantai dengan 800 unit kios. Sedangkan ruko Bizpark 2 terdiri dari 187 unit ruko.
Selanjutnya, usai dua proyek itu rampung, mereka akan membangun Vivo Mal dan Vivo Walk. Dua area ini disiapkan menjadi kawasan komersial yang secara segmen ‘lebih up’ ketimbang proyek sebelumnya. Vivo Mal akan menangkap pasar ritel sebagai reccuring income. Sementara Vivo Walk untuk area food & beverage, sekaligus sebagai pembatas antara mal dan kios.
Setelah itu barulah proyek residensialnya dibangun. “Kami ingin menarik okupansi terlebih dulu,” tutur Desi menjelaskan.
Proyek residensial tersebut bakal dibagi menjadi tiga pengembangan: hotel, apartemen, dan perumahan. Kawasan perumahan akan dibuat terbatas seperti proyek-proyek Megapolitan sebelumnya. Sementara untuk hotel dan apartemen masih dalam tahap perancangan.
“Kami harus melihat traffic-nya terlebih dulu, baru bisa menentukan. Secara garis besar, superblok ini akan diisi oleh mal, apartemen, ruko, hotel, landed, dan kios. Untuk jumlahnya masih dalam tahap pengamatan,” ujarnya.
Mengembangkan proyek di suatu wilayah memang butuh strategi matang. Sebab lain daerah, pasti lain juga budayanya. Karenanya pengembang harus jeli. Namun, bukan Megapolitan namanya jika tidak memahami hal ini. Jurus-jurus jitu pun telah diluncurkan. Mulai dari komunikasi secara langsung kepada investor sampai ke soft communication melalui iklan.
Strategi itu terbukti sukses. Hasilnya, kini kian banyak investor yang mulai melabuhkan investasinya di sana. Ruko Bizpark 1 sold out dan Galleria Kiosk Mall pun terjual 40%. Alhasil, Kota Hujan pun kini sudah tidak ‘mendung’ lagi. – Fajar Yusuf Rasdianto/toppropertyaward.com