Property-In.co – APL membidik Balikpapan sebagai lokasi baru pengembangan propertinya dengan membangun Borneo Bay City. Mengusung ciri khas sebagai spesialis pengembang superblok, inilah mega proyek paling prestisius di tanah Kalimantan.
Tidak terhitung sudah berapa banyak properti istimewa dikembangkan oleh developer ini di Indonesia. Satu di antaranya yang fenomenal dan fantastis adalah Central Park, sebuah kawasan highrise terpadu, terlengkap dan termodern yang berdiri di Jakarta Barat.
Bahkan, properti elit ini disebut-sebut sebagai masterpiece-nya Agung Podomoro Land (APL)—selain Pluit City di lepas pantai Jakarta yang memerlukan program treatment berupa reklamasi seluas 500 hektar untuk penanganan lahannya.
Tentu masih banyak lagi properti-properti besar APL lainnya, yang menegaskan kedigdayaan mereka sebagai salah satu raja properti di Indonesia. Kesungguhan dan komitmen merupakan dua kata kunci bagi Agung Podomoro dalam melayani konsumen.
Kesungguhan dalam membangun dan mengembangkan lahan menjadi area bernilai tinggi serta berkomitmen penuh memberikan kemudahan dalam aktivitas sehari-hari semudah dalam genggaman tangan.
Yang mereka kembangkan bukanlah sekadar hunian semata. Sejalan dengan mottonya, Harmony in life, APL memberikan keserasian dan prinsip-prinsip harmoni dalam hidup yang diwujudkan melalui pembangunan fasilitas pendukung seperti mal, area komersial, gedung perkantoran sampai sarana entertain dalam satu gugusan wilayah.
“Yang kami pikirkan adalah bagaimana agar menjadi useful and marketable’ bagi masyarakat,” kata Alvin Andronicus, Assistant Marketing Vice President Agung Podomoro Land kepada Property-In.
Useful dan marketable itulah yang akhirnya menjadi roda penggerak APL membidik Balikpapan sebagai pilihan pengembangan sayap bisnis dengan membangun Borneo Bay City.
Alvin ingat betul pernyataan sang pendiri, Trihatma Haliman, ketika menyampaikan bahwa saat ini lahan makin sempit dan mahal. Dari situlah, ekspansi wilayah menjadi cara APL terus eksis demi meraih faktor useful dan marketable tersebut.
Balikpapan dipilih karena potensi kota terbesar kedua di Kalimantan Timur ini yang kian hari kian menggeliat. Balikpapan terus tumbuh sebagai kawasan elok nan menjanjikan untuk pengembangan properti.
Kota dengan ikon beruang madu ini kerap menunjukkan tren positif untuk perkembangan properti, tingkat okupansinya beragam dan tinggi—salah satunya berkat kehadiran para pekerja asing dari perusahaan-perusahaan tambang dan migas.
Kota di Tepi Pantai
Balikpapan kini memang tengah berbenah sebagai kota berkembang.
Wilayah seluas 503,3 kilometer persegi ini berada di titik awal perkembangan yang diyakini akan segera booming pada 2018 mendatang.
Satu tanda yang menunjukkan itu terlihat dari hasil survei Harga Properti Residensial belum lama ini.
Survei yang dirilis Bank Indonesia itu menyebutkan, Balikpapan adalah daerah dengan kenaikan harga tertinggi (4,49%) terutama untuk rumah tipe menengah.
Kehadiran Borneo Bay City—mahakarya APL di Balikpapan—dengan hunian asri yang menghadap laut, kata Alvin, menawarkan kenyamanan dan kemudahan hidup bagi keluarga Indonesa. “Berada persis di tepi selat Makassar, proyek tersebut cocok sebagai aset pribadi,” ujarnya.
Alvin juga menegaskan bahwa saat ini telah terjadi perubahan orientasi pasar. Ia masih ingat ketika industri properti baru mulai marak di Tanah Air, waktu itu karakteristik pasar adalah membeli untuk ditinggali atau sebagai end user.
Namun, kini pasar sudah semakin berkembang dan majemuk sehingga memunculkan model pasar terbaru, yaitu investor. “Ada perubahan orientasi pasar di mana dulu membeli untuk tinggal, kini membeli untuk investasi,” paparnya.
Borneo Bay City yang mulai dikembangkan sejak pertengahan 2013 lalu dirancang sebagai pusat hunian dan hiburan berkelas di Balikpapan. Penghuninya memiliki akses view langsung menghadap keindahan laut sebagai sarana pelepas penat setelah aktivitas yang padat.
Ditambah lagi dengan keberadaan pusat perbelanjaan The Plaza Balikpapan yang juga dikembangkan APL, produk ini akan menjadi satu-satunya pilihan paling tepat bagi penghuni maupun investor—seperti produk-produk APL yang selalu laris manis.
Dalam superblok tersebut, pihak pengelola menyediakan kurang lebih 7 menara apartemen dengan total 1.040 unit (hingga kini sudah 50% terjual).
Dikembangkan di atas lahan seluas 8,5 hektar, proyek yang dibangun sejak Juli 2013 ini akan topping off pada Juni tahun depan, tepat sesuai dengan perencanaan developer.
Pengembangan Borneo Bay, terang Alvin, juga mendapat sokongan dan dukungan dari pemerintah. “Pemerintah Daerah Balikpapan berencana melakukan reklamasi lahan sekitar pantai seluas 320 hektar, di mana APL ditawari 1 blok lahan seluas 40 hektar untuk dikembangkan menjadi central modern area di Balikpapan.”
Superblok terbesar di Balikpapan ini nantinya akan dilengkapi dengan beragam fasilitas selain hunian yang menjadi main business product APL.
Guna melengkapi fasilitas, The Plaza Balikpapan disiapkan oleh pengembang yang secara konsep dan desain terintegrasi dengan Borneo Bay Residences.
Selain itu, dalam pengembangan besarnya, proyek ini akan terdiri dari 5 elemen dalam 1 poin: mal, hotel, residences, nature park, dan gourmet tower.
Bahkan, nantinya bakal berdiri tiga shopping mall dan hotel yang dioperasikan oleh Accor. “Borneo Bay City juga sangat dekat dengan fasilitas sosial seperti sekolah, universitas ternama di kota Balikpapan, rumah sakit, dan tentu saja akses cepat menuju bandara Sepinggan,” imbuh Alvin.
Dalam membangun Borneo Bay, menurutnya, Agung Podomoro Land menggelontorkan capital investment senilai Rp3 triliun. Angka yang besar itu tentunya demi mewujudkan properti yang terbaik.
Terlebih dengan kota Balikpapan yang makin berkembang dan dikenal sebagai kota transit, Borneo Bay City merupakan kunci jawaban atas kebutuhan kehidupan modern dan elegan.
Untuk melengkapi pernyataan tersebut, Alvin membubuhkan fakta mengenai pengunjung mal di sana yang selalu ramai dan padat. Setidaknya rata-rata dari mal yang sudah ada (fashion dan trade) jumlah kunjunganya mencapai 65.000 orang selama weekdays dan 70.000-80.000 saat di weekends.
Sementara untuk apartemen sendiri seperti yang sudah ditulis di bagian awal, saat ini kebanyakan tipe pembeli unit-unit di Borneo Bay adalah investor.
Mengingat banyaknya tenaga kerja profesional dan asing yang menginginkan tempat tinggal mewah, apartemen yang ditawarkan dengan nuansa resort itu diharapkan mampu menumbuhkan tingkat hunian yang saat ini baru sekitar 10-15% dengan rata-rata nilai sewa mencapai Rp23-27 juta per bulannya—dari yang sebelumnya hanya Rp18 juta untuk ukuran 31 m2.
Secara khusus, Alvin memaparkan bahwa Borneo Bay City sangat potensial untuk investasi karena kekuatan fasilitas dan konsep yang matang.
Produk-produk mereka sudah banyak memberikan bukti keuntungan investasi. Bermodalkan brand image dan brand awareness yang kuat, Alvin dan timnya yakin Borneo Bay City bakal sukses seperti properti milik Agung Podomoro Land lainnya. – Aziz Fahmi Hidayat