Propertisiana -Demi mengejar penjualan, sering kali penjual produk tertentu menawarkan pembayaran cicilan dalam bentuk balloon payment. Saya melihat beberapa pengembang mulai menawarkan pola pembayaran ini untuk membayar cicilan rumah. Beberapa penyedia kredit kepemilikan mobil juga menerapkan balloon payment.
Banyak pembeli properti yang hanya mengenal jenis-jenis cicilan yang umum ada. Misalnya dengan membayar down payment sejumlah nilai tertentu (misalnya 30%) dan sisanya kemudian dicicil secara bulanan dengan nilai yang tetap. Cicilan bulanan mengikuti tingkat bunga yang ada. Sering kali dalam jangka waktu tertentu ada perubahan cicilan bulana karena adanya penyesuain tingkat bunga.
Balloon payment seperti namanya merupakan cicilan yang kecil di awal-awal periode dan di akhir periode cicilannya sangat besar. Itulah makanya disebut “balloon” di mana bentuknya sangat kecil di bawah dan besar sekali di atas.
Misalnya saja, Anda membayar DP sebesar 30% kemudian 70% sisanya dibayar dengan skema balloon payment. Misalnya 50% dibayar dengan cicilan tetap selama 40 kali dan pada cicilan ke 41, Anda melunasi sisanya yang 20%.
Balloon payment ditawarkan untuk menyiasati DP dan cicilan yang terlalu besar sehingga memberatkan konsumen di awal. Misalnya saja dengan kebijakan pemerintah yang mewajibkan pembeli properti membayar DP 30% membuat konsumen berat di awal karena setelah itu dia harus membayar cicilan yang tidak ringan pula. Alternatifnya, cicilan yang berat di awal tersebut lebih baik diperuntukkan untuk uang muka dan cicilan di awal periode dibuat sekecil mungkin.
Pada ilustrasi di atas, jika diasumsikan tidak ada bunga dan nilai pinjaman Anda 1 miliar, down payment yang Anda bayarkan adalah sebesar 300 juta.
Sisanya 500 juta Anda bayarkan selama 40 bulan dengan cicilan berarti sebesar 12,5 juta sebulan dan pada cicilan ke-41 Anda membayar sisanya sebesar 200 juta.
Balloon payment ini cocok jika Anda adalah karyawan dengan gaji bulanan namun memiliki ekspektasi bahwa Anda akan mendapatkan bonus dari perusahaan di akhir periode cicilan.
Untuk kredit komersial, balloon payment juga lebih cocok. Biasanya perusahaan agak berat dalam hal cash flow di awal. Pada akhir periode, perusahaan berharap sudah mendapatkan keuntungan sehingga bisa membayar cicilan terakhir.
Cara pembayaran seperti ini menguntungkan bagi para investor properti yang ingin menjual kembali properti tersebut di tengah periode cicilan, di mana Investor bisa membeli properti dengan nilai yang lebih kecil.
Namun demikian, hal ini berbahaya jika nilai properti Anda merosot sehingga Anda harus membayar sisa cicilan dengan jumlah lebih besar daripada nilai jual properti Anda.
Balloon payment juga menimbulkan risiko yang lebih besar jika Anda tiba-tiba mengalami kesulitan keuangan di akhir-akhir periode.Bisa-bisa Anda kehilangan properti yang sudah Anda cicil lantaran demikian besar nilai cicilan terakhirnya.
Ujung-ujungnya, dalam balloon payment, Anda memang harus bisa menganalisis keuangan Anda di masa mendatang. Termasuk juga kemungkinan Anda sebagai karyawan mengalami PHK di masa mendatang. Selain itu, Anda juga mesti seorang risk taker karena jelas dibutuhkan keberanian berspekulasi ketika mengambil skema ini. – P.J Rahmat Susanta