Property-In.co – Fokus pada pembentukan landasan ekonomi yang mapan menjadi perhatian utama Sinarmas Land ketika membangun BSD City. Hasilnya, kawasan Serpong kini bagai macan yang tak pernah berhenti berlari mengejar eksistensi tertinggi.
Jika melihat daerah Serpong kini, rasanya tidak akan ada yang percaya bahwa dulunya kawasan ini merupakan area perkebunan karet. Namun sejak dikembangkan pada 1989 oleh Sinarmas Land, salah satu ‘raja developer’ di Indonesia, Serpong bermetamorfosis menjadi wilayah dengan eksistensi yang tinggi dan bernilai ekonomi potensial.
Wujud perubahan tersebut tampak jelas dari keberadaan residensial yang mampu menampung penghuni dalam kapasitas besar serta diimbangi dengan penyediaan sarana-sarana berbasis kebutuhan masyarakat. Belum lagi ditambah dengan penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, hiburan, dan perkantoran yang ada di sana.
“Perubahan-perubahan itu terjadi karena kami melakukan sistem development yang tersusun rapi sejak pertama kali menginjakkan kaki di wilayah yang masuk Kabupaten Tangerang Selatan ini,” kata Ishak Chandra, Managing Director Corporate Strategy & Service Sinarmas Land.
Hal pertama yang mereka lakukan adalah membangun ruang komersial berupa ruko sebagai pemantik roda perekonomian di wilayah Serpong. Intinya, Sinarmas berupaya memperkuat basic ekonominya terlebih dulu agar bisa menimbulkan efek selanjutnya, yaitu menarik minat orang untuk tinggal dan hidup di BSD (Bumi Serpong Damai) City.
Ishak menambahkan, “Kami mengembangkan BSD itu seperti mengembangkan suatu kota karena BSD itu konsepnya city. Nah, bicara city apa yang diharapkan dari orang yang tinggal di sana? Tentunya fasilitas hiburan, belanja, refreshing, dan tempat kesehatan.”
BSD kini telah menjadi sebuah kota yang tidak hanya untuk tempat tinggal, tetapi juga bisa untuk bekerja, beraktivitas bisnis, mendapatkan layanan pendidikan maksimal sampai mencari hiburan.
Semua terkonsentrasi pada wilayah ini dan memunculkan alur kehidupan yang lengkap, membentuk komunitas besar bernama masyarakat mandiri. “Istilahnya dari bangun tidur sampai tidur lagi,” ucapnya.
Upaya Sinarmas Land membangun mega proyek BSD City memang luar biasa. Mereka berhasil menyulap wilayah Serpong menjadi bernilai tinggi sehingga acap kali disebut sebagai ‘buntut naga’, yang dalam kepercayaan Tionghoa yang diyakini tidak akan pernah habis pesonanya dan awet menyandang predikat sunrise area.
Akses. Itulah kata pertama yang terlontar dari mulut Ishak ketika ditanyakan apa yang menarik dari kawasan ini. Ia menjelaskan, Sinarmas membangun BSD City karena ingin mengembangkan sebuah kota yang mempunyai daya saing di pasar.
Mereka berupaya membuat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh customer. Maka, yang terpenting pertama kali bukanlah lokasi, melainkan akses. Sebab, percuma saja membangun dengan lokasi tepat di kota jika aksesnya sulit atau macet.
Hal itu diamini oleh Budi Santoso, Direktur Pusat RealEstate, sebuah lembaga studi dan konsultasi properti. Akses sangat menentukan kemajuan suatu wilayah di mana pengembang memiliki perencanaan dan pengembangan yang bagus.
“Serpong dulu terkenal sebagai ‘tempat jin buang anak’. Namun, karena ada perencanaan dalam skala besar terutama dari sokongan penyediaan akses yang baik, kawasan tersebut menjadi sangat maju dan berimbas pula pada kenaikan harga tanahnya yang fantastis,” ujar Budi beberapa pekan lalu.
Artinya, sekalipun lokasinya sangat strategis tapi jika tidak didukung dengan kemudahan serta keragaman akses yang baik, maka lokasi tersebut takkan mengalami kemajuan. Dalam hal Serpong, Sinarmas Land bukan hanya kuat dari segi akses semata, tapi didukung pula dengan fasilitas yang sangat lengkap.
Kaya Fasilitas
Kehadiran BSD City sebagai kota mandiri layak diapresiasi. Syarat untuk disebut sebagai kota mandiri selain diukur dari luas lahan yang besar—luas BSD City mencapai 6.000 ha—juga wajib didukung dengan aneka fasilitas yang menunjang aktivitas penghuni.
Bahkan lebih besar lagi, seperti yang diusung oleh Sinarmas di BSD, yakni menghadirkan ketersediaan ruang kantor dan Indonesia Convention Exhibition bertaraf internasional.
Keunggulan akses BSD City yang tadi disebutkan Ishak adalah berbagai kemudahan menuju area komersial yang sangat berpengaruh bagi lingkungan serta bisnis.
Akses tol tersedia di jalur utama tol dari segala penjuru seperti tol BSD-JORR I, kemudian tol Jakarta-Merak untuk aktivitas di pusat Jakarta maupun ke Bandara.
Tersedia juga jalur kereta api Jabotabek serta bus feeder Trans BSD yang terhubung dengan jalur busway.
Belum lagi fasilitas kesehatan dan pendidikan serta fasilitas olahraga dan area komersialnya yang luar biasa. Untuk pusat perbelanjaan, terbaru hadir AEON Mall BSD City yang diproyeksikan menjadi surga wisata kuliner di Serpong .
Mal berkonsep “for your smart living” ini memiliki nuansa Jepang dan menawarkan beragam kebutuhan hidup, fesyen, plus beragam kuliner menarik.
Khusus untuk kuliner, mal ini juga menyediakan Food Carnival, food court yang diklaim terbesar di daerah Banten dengan kapasitas 1.100 tempat duduk dan ketinggian atap 10 meter yang memberikan nuansa luas dan lega, berbeda dengan food court pada umumnya.
Guna menambah marak suasana, di bagian luar Food Culture juga dipasang layar berukuran 6 meter sebagai pelangkap space atau tempat untuk penyelenggaraan event. Fasilitas ini dipergunakan sebagai tempat berkomunikasi dan berkumpul bagi orang-orang di wilayah sekitar BSD.
Dengan berbagai fasilitas tersebut, BSD mengincar dua target market sekaligus. Pertama, orang-orang kota yang di Jakarta bisa pulang pergi dengan mudah. Target kedua adalah orang-orang yang tinggal di situ bisa bekerja dan tinggal juga di situ.
Bagi customer yang tinggal dan bekerja di Jakarta, pengembang mempersiapkan apa yang diperlukan berupa transportasi, aksesibilitas, dan fasilitas.“Sementara untuk yang tinggal di sini, fasilitas kami sudah lengkap semuanya. Jadi kami menciptakan ekonomi BSD sendiri,” ujar Ishak.
Kesigapan BSD membangun fasilitas cukup menarik. BSD berencana membuat CBD baru sebagai alternatif kawasan Sudirman dan TB Simatupang. Guna merealisasikannya, pengembang berani investasi di awal.
Tidak semua developer mau dan berani menginvestasikannya di awal. Sementara Sinarmas telah berhasil melakukan program tersebut. “Lahan CBD area BSD City seluas 80 ha dan bujet pengembangan untuk tahun ini senilai Rp40 triliun,” ungkap Ishak.
Dari segi positioning di kawasan Serpong , BSD City adalah kota mandiri pertama yang paling besar. Juga satu-satunya kota yang dilewati dua jalan tol utama. Pertumbuhan ekonominya, baik mikro maupun makro, telah terbentuk mendekati sempurna.
Bahkan, pengembang masih akan terus membangun fasilitas-fasilitas lainnya dengan total lahan 2,5 ha. Ada pula rencana membesut perumahan baru seluas 62 ha bekerja sama dengan Hong Kong Land.
Menyikapi kompetitor, Ishak menjawab diplomatis bahwa justru bisnis menjadi lebih fun dan lebih semangat dengan adanya pemain lain. “Lebih bisa memacu diri, bisa mengukur performa kita seperti apa, kekurangan dan kelemahan kita seperti apa,” ujarnya.
Yang jelas, Sinarmas Land terbukti berhasil melakukan perubahan besar dalam men-develope kawasan dengan properti-properti terbaiknya. Tidak hanya BSD City, mereka juga memiliki jejak rekam bagus dalam pengembangan kota mandiri lainnya seperti Grand Wisata Bekasi dan Kota Delta Mas Cikarang.Sebuah komitmen besar yang layak menjadi contoh dan inspirasi. Aziz Fahmi Hidayat