Property-In.co, Propertisiana – Dulu orang yang tinggal di BSD (Bumi Serpong Damai), Tangerang, malu jika ditanya tinggal di mana. Kini orang bisa bangga karena tinggal di BSD. Harga tanah dan rumah di sana meningkat seiring dengan terus bertumbuhnya fasilitas baru.
Jika orang Alam Sutera punya IKEA, orang BSD punya AEON Mall yang tak kalah ramainya. BSD kini juga punya Indonesia Convention Exhibition (ICE) dan sanggup memindahkan pameran otomotif bergengsi, Indonesia International Auto Show, dari pusat kota ke luar kota.
Salah satu kunci keberhasilan pengembang dalam menarik orang-orang untuk tinggal di luar kota adalah memindahkan gengsi dan kebanggaan yang ada di pusat kota ke tempat tersebut. BSD termasuk yang berhasil dalam hal ini.
Jika di Jakarta ada lomba lari yang diadakan di sepanjang Thamrin-Sudirman, pihak pengelola BSD pun membuat lomba lari yang tak kalah ramainya di sepanjang jalan di BSD.
Jika di Jakarta ada sekolah Santa Ursula yang terkenal dengan pendidikannya yang berkualitas, maka pihak BSD pun berani mendorong pengelola sekolah tersebut untuk membuat sekolah Santa Ursula cabang BSD.
Kebanggaan yang diciptakan di BSD bukan kebanggaan yang tercipta karena Anda tinggal di daerah elit seperti Menteng atau Pondok Indah. Kebanggaan yang muncul adalah karena menjadi bagian dari komunitas yang bergerak di sana.
Di BSD komunitas seperti lari, sepeda, otomotif atau hobi lainnya mendapat tempat di sana sehingga akhirnya membuat kota ini menjadi hidup dengan banyak aktivitas. Saya baru melihat sebuah event yang diselenggarakan oleh komunitas muda sebuah gereja di sana, yang benar-benar tidak kalah dengan event yang diselenggarakan EO profesional.
Saya melihat semangat untuk membuat sesuatu yang berbeda (new experiences) muncul dari pengelola maupun penghuni BSD. Ada banyak pengembang yang ingin menciptakan kota mandiri dengan berbagai fasilitas super yang tersedia.
Namun, jika experience yang muncul sama saja dengan tempat lain, perumahan tersebut jadi tidak menarik. Kebanggaan orang untuk tinggal di sebuah area tertentu karena adanya daya tarik berbeda yang membuat orang-orang untuk datang ke tempat tersebut.
Sama seperti orang Bandung, mereka bangga karena setiap akhir pekan orang-orang dari Jakarta rela bermacet-macet ke Bandung karena adanya new experiences yang terus ada di sana. Setiap kali ada saja jenis makanan baru yang menghebohkan di Kota Kembang ini.
Hunian yang terlalu tertutup dan menolak kehadiran orang luar bukanlah strategi yang tepat untuk pengembang—kecuali pengembang yang memang berfokus pada hunian mewah atau ekslusif. Perumahan, menurut saya, adalah versi raksasa dari sebuah rumah.
Tuan rumah dari perumahan tersebut bukan pengembang, tetapi juga orang-orang yang tinggal di tempat tersebut. Jika ada orang yang datang ke perumahan tersebut, maka penghuni-penghuninyalah yang akan menjadi tuan rumah dan menunjukkan hal-hal menarik di dalam perumahan tersebut.
Kawasan Kelapa Gading setiap akhir pekan selalu ramai didatangi orang dari berbagai tempat yang menikmati kuliner maupun mal-mal yang ada. Sekalipun membuat macet, namun paling tidak orang Kelapa Gading merasa bangga bahwa orang-orang dari tempat jauh sekalipun mau “bertamu ke rumah saya”.
Kebanggaan bisa menciptakan solidaritas, keinginan berbagi, dan yang terpenting positive recommendation. Ini yang membuat pengembang pada akhirnya tidak perlu bekerja keras. Karena semua sudah dilakukan oleh para penghuninya. – PJ Rahmat Susanta