September 10, 2024

Ilmu ‘seset’ dan ilmu Besi Tembus Mancanegara

Pengaplikasian anyaman ternyata tidak melulu pada furnitur, tapi sudah merambah ke bidang arsitektur dengan menjelma menjadi pemercantik luar bangunan.

Property-In.co – Teknik menganyam sangat melekat pada sejarah kebudayaan Indonesia. Sudah ratusan tahun lebih teknik ini dipergunakan oleh nenek moyang kita untuk membuat kursi atau dinding rumah.

Material yang dipergunakan pun sangat beragam mulai dari kayu, bambu, rotan dan bahkan kertas. Kearifan lokal Indonesia inilah yang ingin dikenalkan Lim Masulim, desainer yang menggawangi produsen furnitur Byoliving, ke mancanegara.

“Saya sering melakukan pameran di luar negeri. Sebenarnya, [negeri] kita memiliki banyak material yang bagus. Namun, yang saya sayangkan, kenapa material kita yang bagus tidak bisa kita aplikasikan ke berbagai macam bentuk,” ucap kepada Property-In.

Lim menambahkan banyak sekali konsep yang bisa diaplikasikan dengan anyaman. “Kalau orang cuma pakai anyaman untuk keranjang, saya berpikir anyaman bisa menjadi tas.

Kalau orang cuma mikir anyaman hanya untuk pernak-pernik atau ketupat, saya berpikir anyaman dapat menjadi kulit luar bangunan.”Ucapan tersebut dia buktikan di Milan Expo 2015 beberapa bulan lalu.

Bersama beberapa desainer Indonesia, Lim Masulim mewakili Indonesia untuk menunjukan hasil karya anak bangsa. Bukan hanya furnitur dengan teknik anyaman, dia juga menampilkan anyaman rotan sintetis miliknya berupa secondary skin atau kulit luar bangunan yang mempercantik fasad bangunan.

Rupanya, ambisi untuk mengimplementasikan anyaman ini sudah dipendam Lim sejak 7 tahun lalu. Dia merintis bisnis anyaman sejak 2008 dan bercita-cita dalam kurun 10 tahun sudah dapat mengaplikasikan teknik anyamannya ke berbagai bentuk. “Intinya, kami ingin membuat sesuatu yang tidak ada di pasaran,” ujar Lim.

Salah satu yang Lim banggakan, timnya memadukan teknik anyaman dan teknik menjahit. Kelebihan itulah yang tidak dimiliki oleh pemain lain. Expo-Milano-2015-Pavilion-of-Indonesia

Dia mengungkapkan bahwa timnya juga memiliki ilmu ‘seset’. Ilmu ini adalah teknik menggunting dan menarik untuk menyesuaikan ukuran anyaman tanpa perlu membongkarnya kembali.

“Jadi kalau kami menganyam material yang besar, ukurannya bisa kami sesuaikan. Misalnya dari panjang 2 centimeter, kami ubah menjadi 1 centimeter,” jelasnya.

Mereka memperhatikan pula teknik desain dalam mengolah anyaman arsitekturnya. “Kami juga perlu menguasai bentuk keras dan permukaan yang halus. Ilmu besi seperti aluminium, besi, dan baja harus kami kuasai sebagai tulangnya. Setelah itu, baru permukaan anyaman.”

Lim pun menimpali bahwa semakin ke sini, dia semakin mengerti desain yang baik untuk anyaman. Berbicara tentang anyaman, ternyata semakin rumit suatu desain anyaman semakin bagus pula desain tersebut.

Berkaitan dengan peluang bisnis anyaman, Lim optimistis. Menurut dia, peluang berbisnis anyaman masih bagus karena pasarnya sangat luas. “Masih banyak inovasi yang bisa kita lakukan sehingga pasar anyaman ini masih luas seperti lautan.”

Lim mengutarakan, saat ini dia sedang mengerjakan sebuah proyek developer seluas 130 hektar, yakni mendesain komplek rumah-rumah dari bahan anyaman.

Selain itu, ada juga permintaan dari satu mal untuk dianyam penuh kulit bangunannya. “Jadi pasar bisnis anyaman ini belum ada batasnya. Ke depan, kami juga akan membuat sepatu dan kacamata dari anyaman.” – Richardus Setia Gunawan #BacaMakinKaya

About The Author

Related posts