Impian 100 Hotel

Dia berhasil menggarap kawasan hunian dan komersial di Kalimantan Timur. Target berikutnya membangun 100 hotel.

Property-In.co – Dalam bisnis properti, ada ungkapan “tanah tidak bisa diproduksi lagi. Keterbatasan lahan inilah yang mendorong para pengembang mulai menggarap kota-kota kelas dua (secondary city) di daerah yang masih memiliki persediaan lahan melimpah.
Di Kalimantan, misalnya, Balikpapan dan Samarinda diserbu pengembang besar dari Jakarta. Ciputra Group, Agung Podomoro, dan Sinar Mas Land sudah menancapkan kukunya di kedua kota tersebut.

Kehadiran pengembang kelas menengah seperti Hutama Karya Realtindo, Cowell Development, dan Wika Realty juga semakin menggairahkan bisnis properti di sana. Namun, kehadiran para raksasa dari Jakarta tidak lantas pengembang lokal mati kutu atau sulit bergerak. Pengembang lokal tentunya tetap bisa melaju dalam persaingan, sebab mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pasar dan karakter masyarakat setempat.

Hal ini diakui oleh Christian Soetio, President Director PT Bintang Omega Sakti pengembang baru di Balikpapan. Christian mengawali kiprahnya di bisnis properti sebagai kontraktor pada 2005 melalui bendera CV Dwikara Nugraha Utama. Proyek perdananya berupa pembangunan hunian senilai Rp600 juta. “Modal awal saya Rp65 juta dari hasil berdagang elektronik buatan China,  tutur Christian di Hotel Kempinski, Jakarta, beberapa waktu lalu.

PT BOS - diorama Haryono Commercial Cente
PT BOS – diorama Haryono Commercial Cente

Usaha Christian tidak langsung berkembang. Periode 2005-2011 merupakan masa-masa sulitnya. Sebagai kontraktor pemula, dia belum banyak memahami seluk-beluk manajemen proyek. “Prinsip saya, bangun harus sampai tuntas. Walau banyak ruginya harus tetap menuntaskan proyek,

‘kata pria kelahiran Surabaya, 24 Desember 1976 ini.

Titik balik perjalanan bisnisnya terjadi pada 2011. Dengan bantuan sang kakak, dia membangun dua unit ruko. Uang hasil penjualan satu unit ruko digunakan untuk membeli saham PT Beriwijaya Asri. Di perusahaan itulah dia banyak belajar bagaimana menjadi pengusaha properti.

Merasa sudah paham seluk-beluk properti, tahun itu juga dia mendirikan PT Bintang Omega Sakti (BOS) dan bermain sebagai developer. BOS langsung tancap gas dengan menggarap kawasan hunian Permata Hijau Residence dan Perumahan Royal Batu Ampar di Balikpapan. Kedua hunian segmen menengah ini dibanderol rata-rata Rp300 juta per unit.

Menurut Christian, hunian kelas menengah dengan rentang harga Rp300 juta-400 juta paling diminati konsumen di sana. Pembelinya kebanyakan pendatang yang ingin menetap di Kalimantan Timur. Namun, perumahan kelas bawah seharga Rp150 juta-200 juta kurang diminati. Lagi pula, developer perlu upaya ekstra keras mengembangkan hunian kelas bawah. Selain mesti mencari harga tanah yang lebih murah, kawasannya pun sering kali masih mentah belum ada akses jalan.

Karakter properti hunian di Kalimantan berbeda dengan di kota-kota besar seperti Jabodetabek. Segmentasi pasar di sana sangat jelas: kelas bawah, menengah, dan atas. Sementara di kawasan seperti Jabodetabek, pasar lebih terfragmentasi. Kelas menengah saja bisa terbagi tiga: menengah agak ke bawah, menengah, dan menengah sedikit ke atas. Oleh karena itu, tidak semua konsep hunian yang ada di kota besar bisa diterapkan di secondary city seperti Balikpapan dan Samarinda.

Di samping hunian, BOS juga sudah mengembangkan kawasan komersial Sudirman Office Park. Proyek lain yang terbilang sukses adalah Mangkupalas Business Center di Samarinda dan Kawasan Industri Karingau di Balikpapan. Kedua properti untuk pergudangan tersebut mulai dikembangkan pada 2013.
Mangkupalas dibangun di atas lahan 20 hektare dengan jumlah gudang mencapai 300 unit.

Sementara Karingau berdiri di atas lahan 15 hektare dengan jumlah gudang 150 unit. Masing-masing telah terjual 80 unit dan 60 unit. Dengan harga gudang sekitar Rp3 miliar per unit, Anda bisa menghitung omzet yang diraup dari properti pergudangan.

Jeli
Kesuksesan properti pergudangan ini terwujud berkat kejelian Christian melihat peluang. Relokasi pelabuhan di Samarinda dan Balikpapan dari tengah kota ke pinggir kota dan peraturan pemerintah daerah yang melarang kontainer masuk ke tengah kota (diberlakukan Desember 2014) menimbulkan kebutuhan gudang yang dekat dengan pelabuhan.

“Dari pelabuhan ke kota, titik akhirnya di pergudangan kami. Setelah pergudangan kami, kontainer tidak boleh lewat lagi. Jarak dari gudang kami ke kota sekitar 15 kilometer,” jelasnya.

BOS terus melebarkan sayapnya. Saat ini mereka sedang memproses pembebasan lahan di 3 lokasi: 1 di Balikpapan, dan 2 lokasi di Samarinda. Lahan di Balikpapan bakal disulap menjadi Haryono Commercial Center, sedang di Samarinda akan dibangun Bintang Commercial Center.

Total ruko di kedua kawasan tersebut mencapai 450 unit. Keduanya diluncurkan pada 24 Desember 2014 dan diproyeksikan rampung 18 bulan kemudian. “Satu lokasi lagi di Samarinda akan dibangun perumahan yang dilengkapi dengan theme park,” ungkapnya.

Christian menuturkan, kunci suksesnya bukan terletak pada uang, tapi kepercayaan dari konsumen dan mitra bisnis. Selain itu, dalam bisnis properti harus diperhatikan tiga hal: concept, place/location, timing. Ketiganya saling berkaitan. Satu saja tidak terpenuhi, proyek akan gagal.

Christian tergolong pengusaha yang inspiratif. Usianya relatif muda, bukan berasal dari keluarga berada, tapi punya mimpi besar. Dia lalu bercerita ikhwal mimpi besarnya. Suatu ketika di tahun 2005, di cuma punya uang Rp100.000. Itu pun tersimpan di ATM.

Saat itu dia sedang berada di salah satu hotel terbesar di Balikpapan. Pikirannya menerawang melihat lampu-lampu di lobi hotel yang harganya mungkin jutaan. “Lha uang saya hanya Rp100.000, beli satu lampu di hotel itu saja tidak cukup,” kenangnya.

Dari situlah dia berambisi memiliki hotel. Kini hal itu bakal terwujud dalam waktu dekat, yakni hotel bintang tiga dengan 130 kamar di Sudirman Office Park diprediksi selesai pada 2016. Kemudian menyusul satu hotel lagi di MT Haryono, Balikpapan. Targetnya, di usia 55 tahun, dia sudah memiliki 100 hotel. Mimpi harus setinggi langit, mimpi seperti doa. Jadi kalaupun jatuh, kita jatuh di antara awan, kata Christian sambil tersenyum. Tony Burhanudin

 

 

About The Author

Related posts